Bahkan jihad merupakan sesuatu yang tidak boleh terpisah dari kehidupan seorang muslim, wujud dari keimanannya terhadap Allah dan RosulNya.
Namun meski demikian, kaum muslimin sekarang ini tidak memahaminya dengan utuh, bahkan ada yang pobia dengan kalimat itu, karena identiknya dengan bom, kekerasan, radikal atau islam garis keras. Tentunya ini sangat mendholimi hal yang sangat di sakralkan sekali dalam Islam. Bahkan disebutkan dalam sebuah hadits yang termaktub dalam Al Mu’jam Al kabir:
”Puncak tertinggi Islam adalah jihaddi jalan Allah, tidak meraihnya kecuali orang yang paling afdhol di antara mereka”.( 8/223).
Dari sini saya memandang perlu untuk me-nyertakan pembahasan jihad dalam buku ini. Semoga Allah memberikan taufikNya.
Berikut ini akan saya kutip beberapa dalil tentang keutamaan jihad di jalan Allah:
1. Rasulullah SAW bersabda; “Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya tidak ada sekelompok orang dari kaum mukminin merasa tidak enak hati, karena tidak ikut serta bersamaku dan aku tidak mendapatkan tunggangan kendaraan untuk membawa mereka, aku tidak akan pernah ketinggalan ikut serta dalam setiap ekspedisi mujahidin yang berjuang di jalan Allah. Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku sangat menginginkan bahwa aku terbunuh syahid di jalan Allah, kemudian aku hidup kembali, kemudian terbunuh lagi, kemudian hidup lagi, kemudian terbunuh lagi, kemudian hidup lagi, kemudian terbunuh lagi”. (H.R. Bukhori dan Muslim).
2.Rasulullah SAW bersabda; “Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak seorang pun terluka di jalan Allah, -dan Allah lebih tahu siapa yang terluka di jalan-Nya-, melainkan dia datang di hari kiamat, lukanya berlumuran darah, warnanya warna darah tetapi aromanya aroma kesturi”. (H.R. Imam Malik di Muwatta’)
3.Rasulullah SAW bersabda; “Ketahuilah bahwa surga itu terletak di bawah bayangan kibasan pedang”. (H.R. Bukhori, Muslim dan Abu Daud).
4.Rasulullah SAW bersabda; “barang siapa membekali mujahid di jalan Allah SWT, maka dia telah berjihad, dan barang siapa yang mewakili (dengan memenuhi urusan-urusan dan kewajiban-kewajiban atas orang-orang tanggungannya yang ditinggalkan karena berjihad) seorang mujahid di jalan Allah dengan baik, maka dia telah berjihad”. (H.R. Bukhori, Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi).
5.Rasulullah SAW bersabda; “barang siapa yang menjaga kuda di jalan Allah, karena iman kepada Allah dan membenarkan janji-Nya, maka kekenyangannya, kesegarannya, dan kotorannya dihitung ke dalam timbangan (amal baiknya) di hari kiamat”. (H.R. Bukhori).
6.Seorang shahabat bertanya kepada Rasulullah SAW; “amalan apa yang menyamai jihad di jalan Allah ?”. Rasulullah SAW bersabda; “kalian tidak akan mampu melakukannya”. Mereka mengulang pertanyaan itu dua atau tiga kali, dan Rasulullah SAW menjawab; “kalian tidak akan mampu melakukannya”. Kemudian Rasulullah SAW bersabda; “perumpamaan seorang mujahid di jalan Allah adalah seperti seorang yang berpuasa, bangun shalat tahajjud yang berdiri lama membaca ayat-ayat Allah, tidak merasa bosan dari puasa dan shalat sampai mujahid kembali”. (H.R. Bukhori, Muslim, Nasa’I, Ibnu Majah, dan Tirmidzi).
7.Rasulullah SAW bersabda; “ada dua mata yang tidak disentuh oleh api neraka, mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang tetap terbuka berjaga-jaga (dalam jihad) di jalan Allah SWT”. (H.R. Tirmidzi).
8.Rasulullah SAW bersabda; “seorang syahid tidak merasakan sakitnya mati, melainkan seperti salah seorang dari kalian merasakan gigitan”. (H.R. Tirmidzi, Nasa’I, dan ad-Darimi).
9.Rasulullah SAW bersabda; “di sisi Allah seorang syahid memiliki enam sifat (keutamaan); “Allah SWT langsung mengampuninya pada awal darahnya tumpah, tempatnya di surga dapat dilihat, dilindungi dari adzab kubur, aman dari kedahsyatan terbesar (hari kiamat), di kepalanya diletakkan mahkota kebesaran dari Yaqut yang lebih baik dari dunia dan apa yang ada di dalamnya, dinikahkan dengan tujuh puluh dua isteri dari bidadari, dan diberikan hak syafa’at bagi tujuh puluh dari keluarganya”. (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
10.Rasulullah SAW bersabda; “barang siapa yang mencari dan memohon mati syahid dengan sebenar-benarnya, mati syahid itu pasti akan dianugerahkan baginya walaupun mati syahid itu belum menimpanya”. (H.R. Muslim).
11.Rasulullah SAW bersabda; “barang siapa meninggal sedangkan dirinya belum berjihad dan belum meniatkan dirinya untuk berjihad, maka dia meninggal di atas cabang dari kemunafikan”. (H.R. Muslim dan Abu Daud).
Peperangan memang merupakan bentuk tertinggi dari jihad di jalan Allah, namun bukan berarti bahwa bentuk jihad seperti itu saja. Ibnu Taimiyah mendefinisikan jihad dengan: ” me-ngeluarkan segala kemampuan untuk mencapai kebenaran yang dicintai dan menolak serta melawan segala yang menentang kebenaran (al-haq). Lebih jauh beliau mengungkapkan bahwa hakikat jihad juga bersungguh-sungguh dalam meraih apa yang dicintai Allah SWT dari iman dan amal shaleh disertai dengan menolak, menentang dan melawan segala yang dibenci Allah SWT dari kekafiran, kefasikan, dan kemaksiatan”. Pernyataan ini mencakup seluruh macam jihad, baik yang berupa jihad dalam ketaatan kepada Allah SWT, berdakwah ke jalan-Nya dan perjuangan melawan orang-orang yang menentang dan merintangi dakwah tersebut dari golongan manapun, dan termasuk juga macam-macam jihad yang lain Oleh karenanya saya melihat bahwa jihad adalah semangat untuk menegakkan kalimah Allah dan menolak kebathilan. Semangat inilah yang saya maksudkan sebagai tanda kebenaran keimanan seorang mukmin. Ia akan berubah-rubah bentuknya sesuai kondisi dan situasi. Jika kaum muslimin dalam keadaan minoritas dan hidup dalam keadaan damai, maka bentuk jihadnya adalah berbentuk menyesuaikan keadaan. Ini memerlukan pembahasan serius tersendiri dan disini bukan tempatnya untuk itu.
Berbeda ketika kondisinya minoritas akan tetapi mendapatkan tekanan dan penindasan contohnya, bentuk jihadnyapun saya kira akan lain. Dan ajaran Islam mampu untuk menjawab itu semua, jika di pahami dengan benar.
Begitupun kondisi jihad di Indonesia, tentu akan menyesuaikan kebutuhan dalam kontek keindonesiaan.
Sebelum kita berbicara jihad dalam kontek keindonesiaan, saya merasa perlu untuk menampilkan tahapan-tahapan jihad dalam rentang perjalanan Rosulullah Saw.
Tahapan-Tahapan Jihad
Tahapan-tahapan jihad dalam Islam seperti yang rangkum oleh Ibnul Qoyyim dalam kitabnya Zadul Maad, dan di nukil oleh Sayyid Qutub sebagai pengantar memasuki pembahasan surah Al Anfal adalah:
1.Pertama kali yang di turunkan Allah adalah Iqro’, merupakan awal dari kenabian.
2.Turun surah Al Mudatsir, yang merupakan awal kerosulan. Ini adalah awal perintah untuk mendakwahkan Al Islam kepada:
•Keluarga dan kerabat Beliau.
•Kemudian kaumnya.
•Kemudian kepada orang-orang sekitar dari bangsa arab.
•Kemudian bangsa Arab secara keseluruhan.
•Kemudian ke Umat manusia di seluruh dunia.
Sedangkan cara-cara perealisasiannya adalah sebagai berikut:
1.Mendakwahkan Islam di Mekah dengan tanpa perang dan Jizyah, di perintahkan untuk bersabar dan menahan diri serta memaafkan.
2.Di perkenankan untuk hijrah ke Madinah.
3.Di perkenankan untuk berperang.
4.Di perintahkan untuk memerangi orang-orang yang memerangi dalam rangka membela diri serta membiarkan orang yang tidak mengusik dakwah Islam dan tidak memerangi.
Ini merupakan tahapan-tahapan yang di bimbing oleh Allah kepada RosulNya dan kepada kita sebagai umatnya. Sedangkan bagaimana kita menerapkan ini semua, tentunya perlu pemahaman yang menyeluruh terhadap seluruh variable yang meliputinya. Disinilah majal (tempat) nya untuk berijtihad, oleh karenanya dalam medan pergerakan dakwah Islamiyah, banyak bentuk jihad yang muncul, dan ini merupakan keanekaragaman berfikir umat yang sama-sama di picu oleh kecintaan terhadap Islam dan keinginannya agar keinginan Allah menjadi keinginan manusia semuanya.
Selayaknya sebuah ijtihad, maka ada kalanya tepat dan ada kalanya tidak tepat, ini di serahkan kepada kaum muslimin untuk memilih jalan mana yang ingin di tempuh, dalam rangka untuk membuktikan di hadapan Allah akan kebenaran keimanannya terhadapNya.
Dan tentunya untuk memilih jalan jihad yang tepat, adalah dengan memahami Islam secara utuh serta mengkaji Sirah (sejarah) Rosulullah Saw dan para sahabatnya didalam menegakkan ajaran Islam. Dan tidak perlu ada perselisihan apalagi berbantah-bantahan di antara mereka, karena perselisihan hanya akan mendatangkan kelemahan.
“ dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.(QS.Al Anfal:46).
Jihad Kontek keIndonesiaan
Berbicara jihad dalam kontek keindonesiaan, perlu adanya kajian tersendiri secara mendalam. Namun yang saya kira anggap penting untuk di garis bawahi bahwa jihad menegakkan kalimah Allah adalah amal jama’i. artinya jihad tidak bisa di fahami sebagai gerakan-gerakan personal saja. Karena itu adalah amal jama’I (kerja kolektif), maka ia menuntut adanya semacam gerakan yang terorganisir dimana di dalamnya ada pimpinan yang di taati, anggota yang loyal dan sistem kerja, sehingga sekecil apapun aktifitas yang terjadi, terkait langsung dengan tujuan besar. Tanpa itu, maka kita akan merasa kesulitan dalam memahami antara amal yang dilakukan dengan tujuan yang ingin di capai.
Saya melihat bahwa jihad dalam nuansa keindonesiaan sekarang ini, adalah jihad membangun Islam dengan cara mengislamisasikan hal-hal yang belum tegak nilai-nilai Islam di dalamnya. Seperti ranah politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, hukum, dan lain-lainnya, disamping yang paling penting adalah menggeliatkan semangat keislaman bagi masyarakat Islam, memberikan kedamaian bagi non islam, mengajak kepada kebaikan dan mencegah hal-hal yang mungkar. Ini semua menuntut gerakan Islam memasuki wilayah-wilayah kepemimpinan public untuk mengejewantahkan nilai-nilai Islam dalam hidup bermasyarakat secara luas.
Kemudian di perintahkan untuk memerangi kemusyrikan sehingga agama seluruhnya menjadi milik Allah.
“ Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci”. (QS. Ash Shof:9).
Ini merupakan tahapan-tahapan yang di bimbing oleh Allah kepada RosulNya dan kepada kita sebagai umatnya. Sedangkan bagaimana kita menerapkan ini semua, tentunya perlu pemahaman yang menyeluruh terhadap seluruh variable yang meliputinya. Disinilah majal (tempat) nya untuk berijtihad, oleh karenanya dalam medan pergerakan dakwah Islamiyah, banyak bentuk jihad yang muncul, dan ini merupakan keanekaragaman berfikir umat yang sama-sama di picu oleh kecintaan terhadap Islam dan keinginannya agar keinginan Allah menjadi keinginan manusia semuanya.
Selayaknya sebuah ijtihad, maka ada kalanya tepat dan ada kalanya tidak tepat, ini di serahkan kepada kaum muslimin untuk memilih jalan mana yang ingin di tempuh, dalam rangka untuk membuktikan di hadapan Allah akan kebenaran keimanannya terhadapNya.
Dan tentunya untuk memilih jalan jihad yang tepat, adalah dengan memahami Islam secara utuh serta mengkaji Sirah (sejarah) Rosulullah Saw dan para sahabatnya didalam menegakkan ajaran Islam. Dan tidak perlu ada perselisihan apalagi berbantah-bantahan di antara mereka, karena perselisihan hanya akan mendatangkan kelemahan.
“ dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.(QS.Al Anfal:46).
0 komentar:
Post a Comment