Semoga timbul kesadaran diri kita yang tlah lama tenggelam akan kecintaan terhadap dunia..
Jangan lupa komen yaah :D
1. Golongan yang menjadikan dunia sebagai tempat makan dan minum. Seperti yang disebutkan Allah dalam Al Quran :
“Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mukmin dan beramal saleh ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. dan orang-orang kafir bersenang-senang(di dunia) dan mereka Makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempattinggal mereka”.(QS.Muhammad:12).
2. Golongan yang menjadikan dunia sebagai tempat bermain-main, dan saling bangga membanggakan antara satu dengan yang lainnya, seperti yang tercantum dalam ayat Allah :
“ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”.(QS.Al Hadid:20)
Dua golongan inilah yang di istilahkan dalam hadits yang di riwatkan dari sayyidah ‘Aisyah RA: bahwa Rosulullah SAW telah Bersabda :” Dunia adalah negeri bagi yang tidak punya negeri (lain ) baginya, dan Dunia sebagai tempat berkumpulnya orang yang tidak menggunakan akalnya.(HR.Imam Ahmad).
3. Golongan yang ketiga adalah golongan yang menjadikan dunia sebagai negeri ujian atau cobaan. Hal ini seperti yang di terangkan Allah dalam ayatnya :
” (Dialah Dzat ) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (QS.Al Mulk:2).
Di antara ujian atau cobaan yang bebankan Allah kepada manusia adalah, ujian untuk beramar ma’ruf nahi munkar.
Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Amar ma’ruf nahi munkar adalah merupakan salah satu pilar penting dalam Islam. Apabila ia di tinggalkan oleh umat Islam, maka mereka akan menjadi umat yang lemah lagi teraniaya. Umat Islam adalah umat pertengahan yang akan menjadi saksi atas seluruh umat manusia semuanya, seperti yang Allah terangkan dalam Al Quran :
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu”.( QS. Al Baqoroh : 143).
Amar ma’ruf Nahi Munkar adalah merupakan prasyarat mutlak bagi predikat sebaik-baik umat yang di berikan Allah kepada Umat Islam. Manakala amar ma’ruf nahi munkar di tinggalkan, umat ini tak ubahnya laksana buih-buih yang banyak namun tidak mempunyai arti apapun dalam kancah kehidupan umat manusia. Dengarkanlah dengan seksama, bagaimana Allah berfirman dalam Al Quran :
” kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.( QS. Ali Imron : 110).
Golongan Yang Beruntung
Bahkan Allah Swt. Menegaskan dengan jelas bahwa keberuntungan seorang muslim adalah keterlibatannya dalam gerakan amar ma’ruf nahi munkar. Perhatikan firman Allah berikut ini :
” Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.(QS. Ali Imron : 104).
Syekh Syinqiti dalam tafsirnya ‘adwa’ul bayan’ mengatakan bahwa banyaknya ayat yang berbicara tentang amar ma’ruf nahi munkar menunjukkan bahwa hal ini wajib hukumnya bagi kaum muslimin.
Artinya jika ada seseorang yang tidak terlibat dalam upaya amar ma’ruf nahi munkar, maka ia telah melakukan dosa.
Kemudian di perintahkan untuk memerangi kemusyrikan sehingga agama seluruhnya menjadi milik Allah.
“ Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci”. (QS. Ash Shof:9).
Ini merupakan tahapan-tahapan yang di bimbing oleh Allah kepada RosulNya dan kepada kita sebagai umatnya. Sedangkan bagaimana kita menerapkan ini semua, tentunya perlu pemahaman yang menyeluruh terhadap seluruh variable yang meliputinya. Disinilah majal (tempat) nya untuk berijtihad, oleh karenanya dalam medan pergerakan dakwah Islamiyah, banyak bentuk jihad yang muncul, dan ini merupakan keanekaragaman berfikir umat yang sama-sama di picu oleh kecintaan terhadap Islam dan keinginannya agar keinginan Allah menjadi keinginan manusia semuanya.
Selayaknya sebuah ijtihad, maka ada kalanya tepat dan ada kalanya tidak tepat, ini di serahkan kepada kaum muslimin untuk memilih jalan mana yang ingin di tempuh, dalam rangka untuk membuktikan di hadapan Allah akan kebenaran keimanannya terhadapNya.
Dan tentunya untuk memilih jalan jihad yang tepat, adalah dengan memahami Islam secara utuh serta mengkaji Sirah (sejarah) Rosulullah Saw dan para sahabatnya didalam menegakkan ajaran Islam. Dan tidak perlu ada perselisihan apalagi berbantah-bantahan di antara mereka, karena perselisihan hanya akan mendatangkan kelemahan.
“ dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.(QS.Al Anfal:46).
Beginilah nasib dunia Islam di akhir jaman yang diprediksikan Rasulullah saw. Mereka akan mengikuti apa saja yang datang dari Yahudi dan Nashrani, kecuali sedikit diantara mereka yang sadar. Dan prediksi tersebut sekarang benar-benar sedang menimpa sebagian besar umat Islam dan dunia Islam.
Dari segi kehidupan sosial, sebagian besar umat Islam hampir sama dengan mereka. Hiburan yang disukai, mode pakaian yang dipakai, makanan yang dinikmati, film-film yang ditonton, bebasnya hubungan lawan jenis dan lain-lain. Pola hidup sosial Yahudi dan Nashrani melanda kehidupan umat Islam dengan dipandu media massa khususnya televisi.
Dalam kehidupan ekonomi, sistem bunga atau riba mendominasi persendian ekonomi dunia dimana dunia Islam secara terpaksa atau sukarela harus mengikutinya. Riba’ yang sangat zhalim dan merusak telah begitu kuat mewarnai ekonomi dunia, termasuk dunia Islam. Lembaga-lembaga ekonomi dunia seperti IMF, Bank Dunia, WTO dll mendikte semua laju perekonomian di dunia Islam. Akibatnya krisis ekonomi dan keuangan disebabkan hutang dan korupsi menimpa sebagian besar dunia Islam.
Begitu juga pengekoran umat Islam terhadap Yahudi dan Nashrani terjadi dalam kehidupan politik. Politik dibangun atas dasar nilai-nilai sekuler, mencampakkan agama dan moral dalam dunia politik, bahkan siapa yang membawa agama dalam politik dianggap mempolitisasi agama. Begitu buruknya kehidupan politik umat Islam, sampai departemen yang mestinya mencerminkan nilai-nilai Islam, yaitu departemen agama, menjadi departemen yang paling buruk dan sarang korupsi.
WAHN
Buruknya realitas sosial politik umat Islam di akhir zaman disebutkan dalam sebuah hadits Rasulullah saw., beliau bersabda: Dari Tsauban berkata, Rasulullah saw. bersabda, ”Hampir saja bangsa-bangsa mengepung kamu, seperti kelompok orang lapar siap melahap makanan”. Berkata seorang sahabat, ”Apakah karena jumlah kami sedikit pada waktu itu?” Rasul saw. menjawab, ”Jumlah kalian pada saat itu banyak, tetapi kualitas kalian seperti buih ditengah lautan. Allah mencabut rasa takut dari musuh terhadap kalian, dan memasukkan kedalam hati kalian penyakit Wahn”. Berkata seorang sahabat, ”Wahai Rasulullah saw., apa itu Wahn?” Rasul saw. berkata, ”Cinta dunia dan takut mati.” (H.R. Ahmad dan Abu Daud)
Inilah sebab utama dari realitas umat Islam, yaitu wahn. Penyakit cinta dunia dan takut mati sudah menghinggapi mayoritas umat Islam, sehingga mereka tidak ditakuti lagi oleh musuh, bahkan menjadi bulan-bulanan orang kafir. Banyak umat Islam yang berkhianat dan menjadi kaki-tangan musuh Islam, hanya karena iming-iming dunia. Bangsa Amerika, Israel dan sekutunya menjadi kuat di negeri muslim, karena di setiap negeri muslim banyak agen dan boneka AS dan Israel. Bahkan yang lebih parah dari itu, bahwa agen AS dan Israel itu adalah para penguasa negeri muslim sendiri atau kelompok yang dekat dengan penguasa.
Dunia dengan segala isinya seperti harta, tahta dan wanita sudah sedemikian kuatnya memperbudak sebagian umat Islam sehingga mereka menjadi budak para penjajah, baik AS Nashrani dan Israel Yahudi. Dan pada saat mereka begitu kuatnya mencintai dunia dan diperbudak oleh dunia, maka pada saat yang sama mereka takut mati. Takut mati karena takut berpisah dengan dunia dan takut mati karena banyak dosa. Demikianlah para penguasa dunia Islam diam, pada saat AS membantai rakyat muslim Irak, dan Israel membantai rakyat muslim Palestina.
Mengikuti Yahudi dan Nashrani
Kecenderungan yang kuat terhadap dunia atau wahn, menyebabkan umat Islam mengekor dan tunduk patuh kepada dunia barat yang notabenenya dikuasi Yahudi dan Nashrani. Dan ketika umat Islam mengikuti Yahudi dan Nashrani, maka banyak sekali kemiripan dengan meraka. Beberapa kemiripian dan sikap mengekor yang dilakukan umat Islam terhadap Yahudi dan Nashrani, di antaranya:
I. PenYikapan terhadap Agama (Sekuler)
Kaum Yahudi dan Nashrani bersikap sekuler dalam kehidupan. Mereka mencampakkan agama dari kehidupan sosial politik. Dalam memandang sesuatu, Kaum Yahudi dan Nashrani tidak berdasarkan agama mereka. Ruang lingkup agama dipersempit hanya di tempat-tempat ibadah saja. Sedangkan kehidupan sosial politik jauh dari nilai-nilai agama. Karena mereka meyakini bahwa agama sudah tidak berfungsi lagi untuk memberikan solusi kehidupan.
Gerakan sekuler tumbuh dan berkembang di dunia barat, dan berkembang ke seluruh penjuru dunia seiring dengan datangnya para penjajah barat ke dunia Islam. Maka berkembanglah sekulerisme di dunia Islam. Kehidupan sosial politik di negara-negara Islam jauh dari nilai-nilai ke-Islaman dan sekulerisme begitu sangat kuatnya di dunia Islam.
Sedangkan di Indonesia, sekulerisme sangat mudah dibaca dan sangat transparan. Jika kita melihat partai-partai politik, maka mayoritasnya partai sekuler, sampai partai yang basis masanya ormas Islam sekalipun, masih sangat kental dengan nilai-nilai sekulernya. Sekulerisme begitu sangat dalam masuk dalam sendi-sendi kehidupan sosial politik di Indonesia. Simbol-simbol pemerintahan, pakaian masyarakat, bahasa yang digunakan dll sarat dari nilai-nilai sekulerisme. Sementara dakwah Islam, masih sangat sedikit yang mengajak pada kesempurnaan Islam dan penerapannya dalam kehidupan masyarakat. Dakwah yang dominan di Indonesia adalah dakwah tasawuf yang mengajak pada dzikir yang sektoral, pembinaan dan manajemen hati yang sektoral dan sejenisnya.
II. PenYikapan terhadap Al-Qur’an
Pensikapan sebagian umat Islam terhadap kitab suci Al-Qur’an sebagaimana Yahudi dan Nashrani mensikapi Taurat dan Injil. Kemiripan sikap ini pula menimbulkan fenomena dan dampak yang agak sama yang menimpa antara umat Islam dengan mereka. Beberapa kemiripan tersebut seperti disebutkan dalam informasi Al-Qur’an dan Hadits sbb:
1. Umiyah (Buta Huruf tentang Al-Qur’an)
Allah berfirman, “Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga.” (Al-Baqarah 78)
Sifat yang menimpa bangsa Yahudi terkait dengan kitab Tauratnya juga menimpa umat Islam terkait dengan Al-Qur’an, dimana mayoritas umat Islam buta huruf tentang Al-Qur’an, dalam arti tidak pandai membacanya apalagi memahaminya dengan baik.
2. Juz’iyah Al-Iman (Parsial dan Tidak Utuh dalam Mengimani Al-Qur’an)
Allah berfirman, “Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (Al-Baqarah 85)
Ayat yang menyebutkan sikap Bani Israil terhadap Taurat ini juga menimpa umat Islam dimana banyak diantara mereka yang beriman pada sebagian ayat Al-Qur’an dan ingkar pada sebagian ayat yang lain. Umat Islam banyak yang beriman pada ayat yang mengajarkan shalat, puasa dan haji, tetapi mereka juga mengingkari ayat atau ajaran lain seperti tidak mengimani pengharaman riba’, tidak beriman pada ayat-ayat yang terkait hukum pidana (qishash dan hudud) dan hukum-hukum lain yang terkait dengan masalah politik dan pemerintahan.
3. Ittiba Manhaj Al-Basyari (Mengikuti Hukum Produk Manusia)
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”
(QS Al-Maa-idah 49-50)
Inilah musibah terbesar yang menimpa umat Islam di hampir seluruh dunia Islam pada akhir zaman, mereka mengikuti hukum sekuler buatan manusia. Bahkan di negara yang mayoritas penduduknya umat Islam, mereka tidak berdaya bahkan menolak terhadap pemberlakuan hukum Islam. Kondisi ini akan tetap berlangsung sehingga mereka merubah dirinya sendiri, berda’wah dan membebaskan dari semua pengaruh asing yang menimpa umat Islam.
4. Tidak Memahami Kedudukan Al-Qur’an
“Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (Al-Israa’: 9)
Umat Islam tidak mengetahui dan tidak mendudukkan Al-Qur’an sesuai fungsinya. Al-Qur’an yang berfungsi sebagai hidayah untuk manusia yang hidup tetapi banyak diselewengkan, Sebagian umat Islam hanya menggunakan Al-Qur’an terbatas sebagai bacaan untuk orang meninggal dan dibaca saat ada orang yang meninggal. Al-Qur’an yang berfungsi sebagai pedoman hidup hanya ramai di musabaqahkan. Sebagaian yang lain hanya menjadikan Al-Qur’an sebagai kaligrafi yang menjadi hiasan dinding di masjid-masjid atau di tempat lainnya. Sebagian yang lain menjadikan Al-Qur’an sebagai jimat, yang lain hanya menjadi pajangan pelengkap perpustakaan yang jarang dibaca atau bahkan tidak pernah dibaca.
5. Hajr Al-Qur’an (Meninggalkan Al-Qur’an)
Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an ini suatu yang tidak diacuhkan”.
Meninggalkan Al-Qur’an adalah salah satu masalah besar yang menimpa umat Islam. Umat Islam banyak yang meninggalkan Al-Qur’an, dalam arti tidak memahami, tidak membaca, tidak mentadaburi, tidak membaca, tidak mengamalkan dan tidak menjadikan pedoman hidup dalam kehidupan mereka. Umat Islam lebih asyik dengan televisi, koran, majalah, lagu-lagu, musik dan lainnya. Jauhnya umat Islam menyebabkan hinanya mereka dalam kehidupan dunia. Salah satu rahasia kejayaan umat Islam apabila mereka komitmen dengan Al-Qur’an dan menjadikannya pedoman hidup.
III. PenYikapan terhadap Ahli Agama (Kultus)
Allah Taala berfirman, ”Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (At-Taubah: 31)
Inilah sikap Yahudi dan Nasrani terhadap ahli agama mereka. Dan ternyata banyak dari umat Islam yang mengkultuskan ulama dan kyai dan menempatkan mereka pada posisi Tuhan yang suci dan tidak pernah salah.
Terkait dengan surat At-Taubah 31, diriwayatkan dalam beberapa hadits diantaranya oleh Ahmad, At-Tirmidzi dan At-Tabrani bahwa Adi bin Hatim yang baru masuk Islam datang kepada Rasulullah saw. yang masih memakai kalung salib dan Rasulullah saw. memerintahkan untuk melepaskannya. Kemudian Rasul saw. membacakan ayat tadi. Adi menyanggahnya, ”Wahai Rasulullah kami tidak menyembahnya”. Tetapi Rasulullah saw menjawabnya, ”Bukankah mereka mengharamkan yang dihalalkan Allah dan menghalalkan yang diharamkan Allah?” Betul”, kata Adi. Rasul saw. meneruskan, ”Itulah ibadah mereka”.
Demikianlah pendapat mayoritas ulama jika sudah menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan mengharamkan apa yang dihalalkan Allah dan mentaatinya maka itulah bentuk penyembahan terhadap ahli agama. Dan ini pula yang banyak menimpa umat Islam, mereka mentaati secar buta apa yang dikatakan ulama atau kyai padahal bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits.
IV. PenYikapan terhadap Dunia (Rakus)
Penyakit utama Yahudi adalah sangat rakus terhadap dunia, baik harta, kekuasaan maupun wanita sebagaimana direkam dalam Al-Qur’an, Allah Taala berfirman, “Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan”. (Al-Baqarah 96)
Penyakit ini pula yang menimpa sebagian besar umat Islam sebagaimana disebutkan dalam hadits wahn. Perlombaan sebagian umat Islam terhadap dunia telah membuat mereka buta dan tuli sehingga menghalalkan segala cara. Inilah fenomena yang terjadi di Indonesia dan sebagian negeri muslim lainnya. Mayoritas penduduknya muslim tetapi menjadi negera terkorup di dunia, paling banyak hutangnya, paling jorok, paling rusak dll. Sungguh sangat jauh antara Islam dan realitas umat Islam.
Di antara dorongan dunia yang paling kuat daya tariknya adalah syahwat wanita. Dan inilah yang sedang menimpa kita. Fenomena seks bebas, pornografi merupakan santapan harian bagi sebagian umat Islam. Dan realitas ini sangat cerdas dimanfaatkan oleh broker seks bebas. Manusia yang sedang rakus dan lahap terhadap syahwat mendapatkan makanan dan pemandangan yang sangat cocok bagi mereka. Lebih ironis lagi orang-orang yang rusak itu dianggap paling berjasa oleh sebagian kyai dan ulama, karena dapat menghibur manusia Indonesia yang lagi stress. Memang manusia Indonesia sedang terkena penyakit dan penyakit itu adalah penyakit hati dan syahwat. Dan mereka memuaskan rasa sakit itu, sebagaimana narkoba memuaskan orang yang sedang kecanduan narkoba itu.
Rasulullah saw. bersabda: Dari Abu Said Al-Khudri ra. Nabi saw. bersabda:” Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau, dan sesungguhnya Allah akan menguji kalian, maka Allah akan melihat bagaimana kamu memperlakukan dunia. Hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah yang pertama menimpa Bani Israil adalah pada wanita” (HR Muslim)
V. PenYikapan terhadap Akhirat (Meremehkan)
Allah SWT. berfirman: Artinya: Dan mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja.” Katakanlah: “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?”. (Bukan demikian), yang benar, barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (QS Al-Baqarah 80-81).
Inilah sikap mereka yaitu Yahudi terhadap akhirat, lebih khusus lagi terhadap neraka. Mereka meremehkan siksa api neraka. Dan ternyata penyakit ini juga banyak menimpa umat Islam. Sebagian umat Islam yang meremehkan siksa api neraka membuat mereka melalaikan kewajiban Islam, seperti menegakkan shalat, zakat, puasa, haji, menutup aurat dll. Pada saat yang sama mereka juga tidak takut berbuat dosa. Inilah fenomena potret umat Islam.
Umat Islam yang melakukan korupsi, suap, manipulasi, dan curang dalam kehidupan politik. Umat Islam yang bertransaksi dengan riba dalam kehidupan ekonomi. Umat Islam yang meramaikan tempat hiburan dan prostitusi dalam keremangan malam, bahkan siang sekalipun. Umat Islam yang memenuhi meja-meja judi disetiap pelosok kota dan negeri. Umat Islam yang banyak menjadi korban narkoba. Umat Islam dan sebagian kaum muslimat yang buka aurat bahkan telanjang ditonton masyarakat. Dan masih banyak lagi daftar kejahatan sebagain umat yang mengaku umat Islam. Dan itulah potret dan realitas umat Islam hari ini.
Dan ketikan umat Islam terus mengikuti pola hidup Yahudi dan Nashrani dan mengekor pada kepentingan mereka, maka akan berakibat sangat buruk yaitu murtad dan jatuh pada jurang kekafiran. Naudzubillahi min dzaalik. Semoga kita diselamatkan dari bahaya tersebut sebagaimana yang Allah ingatkan kepada kita semua: “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.” (Ali Imran: 100)
1. Mukmin
Mereka adalah pelaku hakiki yang di berikan beban oleh Allah Swt. Dan mereka adalah para pejuang di jalan Allah yang sanggup mengorbankan harta bahkan jiwa mereka untuk tegaknya kalimah Allah dan menjadi khalifah Allah di muka bumi ini. Mereka adalah para penolong agama Allah yang mengejewantahkan seluruh keinginan-keinginanNya. Oleh karenanya disebutkan dengan jelas, Al Quran ini diturunkan untuk menjadi pedoman mereka dalam melaksanakan amanah Allah.
Yang akan menjadi pembahasan lebih lanjut dalam buku ini adalah tentang bagaimana seorang yang mengaku beriman tetapi tidak memposisikan diri sebagai pejuang.
2. Kafir
mereka adalah orang-orang yang memusuhi ajaran Allah dan utusanNya, tidak mengakui kebenaran dan tertutup hatinya untuk menerima al haq.
Pembahasan kafir tidak akan di jelaskan secara terperinci dalam buku ini.
3. Munafiq
Ini adalah golongan ketiga yang disebutkan di dalam Al Quran. Insya-Allah dalam kesempatan kedepan dalam buku ini, akan kita lebih perincikan lagi lebih detail.
Istilah munafiq dalam Islam mulai muncul setelah Rosulullah Saw. Membangun tatanan masyarakat Madinah pada saat itu. Ini merupakan fenomena baru dalam Islam, karena pada saat di Mekah manusia hanya terklasifikasi menjadi dua golongan saja yaitu mukmin atau para pejuang dan kafir yaitu orang yang menghalangi dakwah Islam dan memusuhi para pejuang di jalan Allah. Sedangkan munafik adalah orang yang mengikrarkan dua kalimah syahadah akan tetapi hatinya mengingkari sama sekali.
Munafik: Sebuah Karakter
Sedangkan dari sudut pandang psikososial, menurut hipotesa saya, munafik adalah sebuah karakter dalam masyarakat yang salah satu sifat yang terkandung di dalamnya adalah tidak mempunyai nilai pegangan yang jelas dan konsekuensi jelasnya adalah mencari maslahat pribadi.
karakter ini merupakan penyakit hati dalam diri seseorang. Sedangkan karakter ini seperti virus yang bisa menular dan di tularkan. Ia bertingkat, ada yang terkena dalam jumlah kecil, dan adapula yang memang terkena virus ini dalam stadium yang tinggi.
Jika seorang yang mengucapkan dua kalimah syahadat terkena virus ini, namun dalam skala kecil, maka keimanannya akan lemah. Sedangkan orang yang mengucapkan dua kalimah syahadat dan pada dirinya bercokol virus ini dalam stadium yang sangat tinggi maka, dua kalimah syahadat tadi hanya akan ada di bibir, sedangkan hatinya mengingkari.
Golongan pertama ada kemungkinan untuk disembuhkan , atau yang di sebut dengan munafik amali. Sedangkan golongan kedua, Allah akan menutup hati dari potensi mendapatkan hidayah. Golongan inilah yang disebut sebagai munafik I’tiqodi.
Klasifikasi ini insya-Allah akan nampak jelas dalam pembahasan kita kedepan.
Karakter munafik : senantiasa ada, kapan dan dimanapun
Mungkin ada beberapa pertanyaan
a. Kenapa pada saat di Mekah tidak muncul fenomena munafik?
b. Apakah ada pada saat di Mekkah orang yang mempunyai potensi munafik?
Jawabannya adalah di Mekah belum di kenal istilah munafiq, dan Al Quran pun belum menyebutkan istilah ini, karena belum ada sebab-sebab yang menjadikan fenomena munafik muncul di Mekah.
Sedangkan jika kita berbicara tentang orang yang mempunyai potensi Munafik – jika berangkat dari definisi diatas-, maka senantiasa ada dalam masyarakat manapun, dimanapun, baik pada zaman dahulu kala, zaman sekarang maupun yang akan datang.
Sebab-sebab kemunculan fenomena munafik menurut penulis hanya ada satu yaitu : Maslahat. Oleh karenanya, di Mekah orang yang berpotensi munafik tidak melihat ada maslahat pada gerakan para pejuang muslim yang di komandani oleh Muhammad Saw, sehingga mereka tidak mau terlibat dalam arus pergerakan ini, bagi mereka, untuk apa letih-letih berjuang, toh tidak ada maslahat yang di dapat. Mereka melihat gerakan ini sebagai cemoohan banyak orang, terlebih para pencemooh dan mereka orang-orang yang senantiasa mengahalangi pergerakan dakwah ini, adalah orang yang mempunyai kedudukan dari sisi politik, ekonomi maupun strata sosial. Dari sisi politik karena mereka dari bangsa Qurays yang menikmati penghormatan dari kabilah-kabilah arab lainnya karena mereka sebagai penjaga ka’bah Rumah Allah yang sama-sama bangsa arab agungkan. Dari sisi ekonomi karena mereka menikmati kemudahan dagang yang mereka lakukan, ke Syam dan Yaman. Sedangkan dari sisi strata sosial karena mereka adalah orang-orang merdeka.
Gerakan dakwah Islam pada saat itu, tidak mempunyai kelebihan-kelebihan ini. Dari sisi politik, mereka adalah minoritas, dari sisi ekonomi tidak ada yang bisa di harapkan, terlebih dari sisi strata sosial masyarakat, gerakan ini di ikuti oleh banyak para budak semisal Bilal, keluarga yasir dan banyak lagi lainnya.
Dari kondisi ini semua, bisa di pastikan bahwa orang yang mempunyai potensi munafik akan melebur dengan kelompok yang banyak di temukan maslahat di situ. Sedangkan kenapa mulai muncul di Madinah, karena orang yang berkarakter munafik sudah mulai melihat adanya maslahat-maslahat pada gerakan dakwah Islam, di antaranya struktur masyarakat Madinah yang di pimpin oleh Rosulullah Saw, sudah mulai kokoh.
Karakter munafik : berubah-ubah bentuk sesuai kondisi
Karakter kepribadian ini senantiasa menjadi bagian tersendiri dalam salah satu kelompok masyarakat manapun, maka nampaknya sangat tepat istilah dalam bahasa Indonesia yang di tujukan untuk mereka dengan istilah bunglon. Warnanya akan berubah-ubah sesuai tempat yang di hinggapi. Menurut hemat penulis, bahwa refleksi dari karakter bunglon ini akan selalu menyesuaikan pada posisi apa ia berada. Ia akan menjadi penjilat terhadap orang yang mempunyai kekuasaan, karena melihat ada maslahatnya di sana, dan akan menjadi pengkhianat dalam kelompoknya karena ia tidak lagi melihat kepentingannya di sana.
Perhatikan kira-kira apa yang akan terjadi jika sekiranya penguasa tidak lagi menjadi penguasa? Bisa dipastikan ia tidak lagi menjadi pendukung setia, bahkan ia akan menjadi pioneer terdepan bersama kelompok yang menjelek-jelekkan orang yang dahulu di jilatinya.
Yang paling jelas dari karakter munafik ini adalah ia enggan untuk melakukan perjuangan yang menuntut harta dan jiwa. Oleh karenanya tidak heran jika orang-orang munafik yang membaur dengan masyarakat Madinah , ketika di ajak berperang, selalu saja ada seribu alasan. Perhatikan ayat berikut ini:
“ Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya”. (QS. At Taubah:45)
“ Di antara mereka ada orang yang berkata: “Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah.” (QS. At Taubah:49)
“ Dan apabila diturunkan suatu surat (yang memerintahkan kepada orang munafik itu): “Berimanlah kamu kepada Allah dan berjihadlah beserta Rasul-Nya”, niscaya orang-orang yang sanggup di antara mereka meminta izin kepadamu (untuk tidak berjihad) dan mereka berkata: “Biarkanlah kami berada bersama orang-orang yang duduk”. (QS. At Taubah:86).
Demikianlah beberapa karakter munafik yang ada pada masyarakat manapun.