Pages

Muslim Visioner

Ketika kita berbicara tentang muslim visioner, maka kita sebenarnya sedang berbicara tentang “kaefa an akuna” (bagaimana seharusnya aku ). Oleh karena itu kita akan menjawab apa itu visi seorang Muslim.

Kalau kita cermati dalam surah Ash Shof ayat 12-13 kita akan mendapati dengan jelas visi tersebut, perhatikan ayat-ayat ini:

“Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman”.(QS.Ash Shof 12-13).

Visi seorang muslim adalah;

1. Surga
2. Kemenangan agama Allah di muka bumi

Visi ini menuntut seorang muslim tidak sekedar menjadi orang yang baik secara pribadi, akan tetapi keislaman seseorang menuntutnya untuk menjadi salah satu dari penolong-penolong agama Allah. Oleh karenanya akan dapat kita fahami dengan jelas bahwa kedua visi tadi akan terwujud manakala seorang muslim terlibat langsung dalam perjuangan. Mari sama-sama kita simak ayat ini:

“ Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat me-nyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”.(QS.Ash Shof 10-11).

Tidak bisa tidak kecuali seorang muslim harus beriman kepada Allah dan RosulNya dengan menjalankan seluruh konsekuensi keimanannya, dan berjuang di jalan Allah dengan harta dan jiwanya.

Dari sini saya melihat, bahwa seorang muslim haruslah mengintegrasikan keimanan dan perjuangan Islam dalam kepribadiannya secara utuh, sehingga ketika hal ini di lakukan, maka orientasi yang terbangun pada diri seorang muslim akan jelas, ia menjadi seorang hamba Allah yang sholih secara pribadi dan melakukan amal-amal sholeh yang terencana dan terukur. Ketika amal-amal sholeh di lakukan dengan penuh perencanan dan bisa di ukur, maka di harapkan kemenangan Allah akan segera datang yaitu ampunan Allah untuk kita dan tegaknya agama Allah dalam kehidupan kita.

Terlebih ketika dalam ayat selanjutnya dengan jelas Allah memerintahkan kepada orang yang beriman untuk menentukan sikap di antara dua golongan, menjadi penolong agama Allah atau menjadi orang kafir:

“ Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa Ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; Maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang”.(QS.Ash Shof:14).

Seorang muslim yang benar-benar memahami tentang visi ini, ia akan menjadi muslim yang visioner dengan kriteria-kriteria berikut ini:

1. Ia benar-benar beriman kepada Allah dan RosulNya.

2. Ia menjadi orang yang sholeh secara pribadi.

3. Meningkatkan dari kesholehan pribadi menjadi kesholehan sosial, yaitu dengan melakukan Amal-amal sholeh yang bisa di rasakan manfaatnya oleh orang lain.

4. Kesholehan sosial ini ter frame dalam sebuah gerakan bersama-bersama, yang terkordinir dengan rapi, dalam rangka menegakkan keinginan-keinginan Allah yaitu mewujudkan masyarakat madani yang di atur oleh aturan-aturan Allah, dan aturan-aturan itu berbentuk aturan yang di sepakati secara bersama dan mempunyai kekuatan hukum secara yuridis.

5. Untuk mencapai tujuan diatas, sorang muslim visioner mampu untuk mengerahkan seluruh potensi yang di milikinya, pikiran, tenaga, bahkan harta dan jiwa demi terealisasinya cita-cita Islam tersebut.

6. Seluruh gerakan hidupnya, merupakan imple- mentasi dari pemahamannya yang utuh terhadap arti Ibadah “sesungguhnya sholatku, qurbanku, hidup dan matiku hanya untuk Allah”.
Namun yang menjadi persoalan sekarang adalah banyaknya orang muslim yang menjadikan ruang lingkup Islam menjadi sempit, memahami ibadah sebatas ritual rutinitas, bahkan memahami amal sholeh sekedar amal pribadi yang tidak ada implikasi hasilnya pada orang banyak.

Padahal tingkatan paling rendah dalam beriman adalah, menyingkirkan hal yang bisa mengganggu perjalanan orang. Ini menunjukkan implikasi keimanan seseorang harus bisa dirasakan manfaatnya oleh orang lain. Sehingga tidaklah heran ketika Rosulullah bersabda yang di riwayatkan oleh Ibnu Umar Ra:

“ Orang yang paling di cintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain, dan pekerjaan yang paling di cintai Allah, menjadikan seorang muslim bahagia atau menghilangkan kesusahannya atau membayarkan hutangnya atau menghilangkan laparnya. Sungguh saya berjalan memenuhi hajat saudaraku lebih aku sukai dari pada beriktikaf satu bulan lamanya di masjid Madinah ini.”(Mu’jam Ausath : 2/140).

Banyak kita dapati orang-orang yang berhati lembut, berjiwa ramah dan rahmah, kalaulah mereka mau berkumpul dan bergandengan tangan, maka amal-amal sholeh mereka akan menjadi sebuah gerakan positif yang kuat, yang bisa menjawab pelbagai permasalahan social umat sekarang ini.

(Saproni M Samin)





0 komentar:

Post a Comment